Ki Cokro Santri: Menggenggam Energi Supranatural dalam Spiritualitas

Dunia perdukunan bukan sebuah hal asing bagi masyarakat Indonesia. Sejak zaman prasejarah pun animisme dan dinamisme menjadi kepercayaan utama masyarakat sebelum Hindu-Buddha masuk ke Indonesia. Bahkan, hingga detik ini di mana perkembangan zaman sudah bergerak ke arah modern, tak dapat dimungkiri jika banyak masyarakat yang masih mempercayai praktik supranatural, baik yang dimanfaatkan untuk hal-hal positif, maupun negatif.

Stigma negatif mengenai dukun seperti yang menjadi stereotip masyarakat Indonesia ketika mendengar kata ‘dukun’ atau ‘paranormal’ adalah mereka yang diberi kelebihan oleh Tuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan pribadi yang kebanyakan bersifat negatif, seperti pelet, santet, menginginkan kekayaan secara instan, serta mendapatkan kedudukan yang diinginkan. Padahal kenyataannya, tidak semua dukun menganut ilmu hitam karena hidup adalah sebuah pilihan, terantung bagaimana seorang dukun ingin menjalani profesinya, apakah ia ingin melakukan praktik yang menyalahi aturan Tuhan , aturan sosial, dan aturan perundang-undangan maupun adat istiadat, atau sebaliknya, yang berarti dukun tersebut ingin menjalani profesinya sesuai dengan ajaran Tuhan.

Salah satunya adalah Ki Cokro Santri. Pria yang berprofesi sebagai dukun ini menjadikan keahliannya sebagai mata pencaharian selama 20 tahun terakhir. Beliau menyumbangkan ilmunya dengan cinta, dengan sejuta perhatiannya untuk mengobati orang banyak, misalnya dengan merukiah, mendoakan orang, dan membersihkan pasiennya yang terkena santet.

“Pokoknya apapun hajat hidup yang masih manusiawi dan tidak mengganggu jalan Tuhan saya tetap lakukan, tapi apapun yang ada hubungannya dengan kuasa kegelapan, misalkan disuruh nyantet orang, menghilagkan nyawa orang, bikin orang itu sakit terkapar, saya mengatakan dengan tegas tidak akan bersedia, walau dibayar ratusan juta sekali pun,” tegas Ki Cokro Santri saat ditemui di kediamannya di Condet, Jakarta Timur, Selasa (4/12/18).

Selain itu, pria kelahiran 1976 ini mengemukakan bahwa alasan masyarakat tertarik pada praktik supranatural adalah permasalahan di dunia yang semakin carut marut. Zaman dulu permasalahan yang terjadi hanya tentang kondisi ekonomi, bagaimana seorang kepala keluarga bisa memberikan nafkah kepada anak istrinya. Kini permasalahan yang dihadapi adalah semakin tinggi jabatan seseorang dan memiliki kekuatan finansial, maka semakin diuji keimanannya. Beliau mengibaratkan seperti pohon yang semakin tumbuh tinggi, semakin kencang pula angin yang menerpa. Seseorang yang memiliki kedudukan akan mengorbankan istrinya, dalam arti selingkuh. Lalu istrinya akan pergi ke dukun, menceritakan kegelisahan batinnya mengenai kurangnya perhatian suami dengan derai air mata. Ada juga pasien yang datang tanpa masalah, tetapi minta agar hidupnya lebih indah dengan memasang susuk.

Profesi dukun ini bisa berasal dari keturunan maupun dipelajari. Ki Cokro sendiri merupakan dukun yang mendapat talenta dari Tuhan, tetapi di samping itu, beliau juga mempelajari dengan sungguh-sungguh. Sewaktu muda, beliau merupakan seorang santri dan banyak membantu di lingkungannya. Dukun yang tidak memandang suku, agama, ras, dan golongan dalam praktiknya ini memaparkan kalau orang yang dianugerahi kelebihan oleh Tuhan dalam hal spiritual, biasanya tidak paham bila ditanya mengenai asal-usulnya sebab beliau terlahir dengan talenta tersebut dan tidak mempelajari dari awal sebagaimana mereka yang benar-benar ingin mandalami ilmu tersebut.

Selama 20 tahun menjadi dukun, Ki Cokro Santri telah meraih beberapa penghargaan, di antaranya Asean Professional Paranormal of The Year 2002, The Exclusive Paranormal In Asia Award 2003, dan Citra Pengobatan Alternatif Indonesia 2006. Penghargaan tersebut menunjukkan kesungguhannya dalam dunia perdukunan. Tak hanya itu, ayah dari 2 anak ini juga pernah tampil dalam beberapa program TV, seperti Dunia Lain, Mata Lelaki, Gong Show, Ngulik, dan Debat TV One Fenomena Ponari.

Dilansir dari situs yang dimiliki, Ki Cokro Santri membuka layanan spiritual seperti Gendam Suluk Linglung, yang merupakan ilmu doa dan ritual yang prinsipnya untuk meredam perkara yang melibatkan jalur hukum. Kemudian ada Gemblengan Daya Karomah Sapujagad, yaitu untuk membuka bakat dan potensi seseorang yang terpendam agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Layanan spiritual lainnya adalah Ritual Gayuh Tahta Pulung Jagad yang digunakan untuk mendapatkan kedudukan yang diinginkan, seperti Calon Lurah/Camat/Bupati/Anggota Dewan (DPR/MPR). Tak hanya itu, pria yang melewati masa remaja di lingkungan pesantren di wilayah Jombang, Jawa Timur, juga mampu melakukan pengusiran terhadap makhluk gaib yang berenergi jahat.

Dalam membantu pasien, Ki Cokro Santri juga melayani beberapa layanan spiritual lain yang dinilai orang musrik, seperti Gendam Pangirut Dunya, yaitu ilmu doa untuk membuat seseorang mudah mendapatkan materi dari orang yang dikehendaki, dan doa untuk membuat orang yang dituju mempunyai perasaan sayang dan menurut kepada orang yang meminta, yang disebut dengan Mahabbah Katimus Sulaiman.

Ia menekankan bahwa dirinya menggunakan karunia Tuhan dalam pekerjaannya. 

“Spiritual adalah the power of soul, kekuatan dari dalam hati yang pada dasarnya hanya orang-orang pilihan Tuhan yang dititipkan sedikit energinya kepada orang-orang yang dikehendaki. Energi supranatural ini saya genggam dengan spiritualitas sesuai dengan jalan Allah SAW,” jelas pria yang mengenakan kemeja bermotif lurik saat ditanya mengenai faktor dari praktik supranatural yang dijalaninya. Menurutnya, dukun golongan putih itu energi supranaturalnya didorong dengan kekuatan religi. Untuk yang beragama Islam, kekuatan supranaturalnya didoakan dengan kualitas muslim, contohnya dengan dibacakan Al-Quran. Bagi yang non-muslim akan menggunakan kekuatan supranaturalnya itu dengan pujian doa-doa.

Dukun atau paranormal dianggap mendahului Tuhan karena mengetahui sebuah perkara sebelum ditetapkan. Namun, bagi Ki Cokro Santri sendiri, membaca kebesaran Tuhan itu ada ilmunya dan diperbolehkan supaya kita bisa ikhtiar lebih baik lagi. Bahkan, beliau mengakui bahwa inti dari praktik spiritual adalah berbicara kepada Tuhan, hubungannya vertikal kepada Yang Maha Esa. Dunia spiritualitas adalah dunia pada ilahi, sedangkan jalan supranatural satanic yang berkonspirasi dengan setan.

Walaupun masyarakat dari berbagai kalangan menjadi pasiennya, tak berarti profesi dukun yang dijalaninya diterima oleh masyarakat begitu saja. Pandangan miring yang didapatkan dari masyarakat pun tak bisa disalahkan karena ada dua pilihan, yaitu dukun yang berada di jalan yang salah, dan dukun yang mencoba melakukan pendekatan persuasif yang berada di bawah jalan Tuhan. Bagi Ki Cokro Santri, masyarakat yang menganggap bahwa profesinya musrik dan menyekutukan Tuhan hanya belum tahu kenyataannya. Beliau justru mengajak pasiennya untuk kembali ke jalan Tuhan. Persepsi yang tak bisa cair akan selalu menjadi benang kusut sampai masyarakat yang memiliki persepsi buruk melihat sendiri kenyataannya.

Dukun yang dikenal oleh hampir seluruh praktisi supranatural dan spiritual di kawasan Asia Tenggara ini memilih untuk tutup telinga mengenai persepsi negatif masyarakat mengenai profesi yang dijalaninya.

“Kalau menurut saya pribadi, terserah dengan perkataan-perkataan seperti itu karena prinsip saya, sebaik-baiknya manusia adalah dia yang sangat bermanfaat bagi sekelilingnya. Lantas, kalau dengan seperti ini saya bisa bermanfaat, apa salahnya? Kecuali saya dengan praktik seperti ini terus merugikan banyak orang, menindas mereka yang tidak punya uang dengan mengusir mereka.”

Ki Cokro Santri berpendapat bahwa tugasnya hanya menemani pasien yang tak tahu arah. Beliau juga kerap mengingatkan pasiennya bahwa sebagai manusia, kita punya Tuhan sebagai tumpuan dan senjata yang ampuh, yaitu doa. 

Saat ini, masyarakat Indonesia tergolong krisis identitas. Banyak yang tidak bangga akan budaya yang dimiliki dan lebih menyukai budaya barat. Contoh konkretnya dalam penggunaan bahasa. Istilah dukun sudah digunakan lebih dulu dibandingkan paranormal yang merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris. Padahal, jika masyarakat Indonesia bangga dengan bahasanya sendiri, kita tak memerlukan kata ‘paranormal’. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia berusaha mengikuti perkembangan zaman dengan menghilangkan bahasa aslinya, bukan dengan bangga mengembangkan bahasa Indonesia. Padahal, jenis dukun sendiri ada bermacam-macam, seperti dukun beranak yang membantu melahirkan seperti bidan, dan dukun patah tulang yang merupakan ahli tulang dan susunan saraf.

Bukan hanya bahasa, Ki Cokro Santri juga menjelaskan koleksi kerisnya yang terpajang di ruang tamu rumahnya.

“Kalau orang melihat keris seperti ini, itu diidentikan dengan hal klenik atau kepercayaan kepada makhluk yang di dalamnya ditunggui jin. Kalau saya mengoleksi seperti ini, sebenarnya saya bangga terhadap budaya Indonesia di mana nenek moyang kita pernah masuk masa kejayaan, yaitu pada masa Majapahit. Keris ini merupakan bagian dari sejarah yang termasuk dalam seni spiritual yang dibuat oleh seorang empu. 

Tak hanya menceritakan profesinya dan pandangannya terhadap kondisi masyarakat Indonesia, Ki Cokro Santri juga menjelaskan jenis-jenis makhluk astral.

“Ya kalau misalkan kalian yang Nasrani sedang berdoa rosario lalu merasa ada yang duduk di belakang kalian dan nggak merasa takut, itu berarti malaikat. Kalau jin yang jahat, atau iblis yang suka ganggu, keadaannya bisa dirasakan kalau dari leher sampai punggung kalian terasa berat dan panas.”

Beliau juga menjelaskan bahwa tak hanya lagu-lagu tertentu yang mampu memanggil keberadaan makhluk astral karena mereka suka mendengarkan bunyi-bunyian, terutama yang bernada tinggi. Selain itu, dukun yang sering tampil di layar kaca ini memaparkan bahwa adegan kerasukan di program-program televisi tidak selalu benar dengan perbandingan 50:50 karena adegan-adegan yang ada disesuaikan dengan kebutuhan. Namun, tidak menutup kemungkinan, sebuah program TV menayangkan 100% kejadian nyata mengenai hal gaib.

Saat membahas dunia hipnotis, pria yang disiplin terhadap bela diri sejak kecil ini menerangkan bahwa hipnotis dibagi dua, yaitu tradisional dan modern. Dalam hipnotis tradisional terdapat ritual dan sulit dipelajari, sedangkan modern dilakukan dalam rupa gambar, video, atau sentuhan, seperti yang sering ditayangkan di layar kaca. Pada dasarnya, hipnotis hanyalah pemberian sugesti atau pengalihan pikiran dengan mengucapkan kalimat secara berulang-ulang sampai melekat di pikiran sehingga saat diperintahkan, ia melakukan yang diperintahkan, bukan yang seharusnya dilakukan. Misalnya, Uya Kuya yang melakukan pengalihan pikiran kliennya melalui objek lingkaran yang berputar, sambil ia mengatakan, “Dalam hitungan ketiga, Anda tertidur.” Kalimat tersebut diulang Uya berkali-kali sampai kliennya tertidur.

Berdasarkan liputan ini kami mengambil kesimpulan bahwa profesi dukun yang dijalani Ki Cokro Santri ternyata bukanlah ilmu hitam. Sebab beliau tidak mau melakukan apapun yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Beliau bukan seorang dukun yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ada banyak dukun lain di luar sana yang melakukan praktik ilmu hitam yang bertujuan merugikan pihak lain. Karena ada yang baik dan buruk, maka seharusnya masyarakat tidak menggeneralisasikan profesi dukun, serta menjauhkan stigma negatif seperti ‘sesat’, ‘ilmu hitam’, dan ‘bertujuan jahat’. Masyarakat bisa mengambil sisi positifnya yaitu profesi ini secara tidak langsung telah melestarikan budaya tanah air dengan sikap tradisionalnya.

Leave a Comment